“Ilmu itu adalah cahaya dan kebodohan
itu adalah kegelapan”. (Hikmah)
Pendahuluan
Manusia dan Ilmu ibarat tanah dengan air
atau seperti ikan di dalam air. Tanah akan tandus, kering dan gersang bila
tidak mendapatkan air. Dan hampir bisa dipastikan juga, tidak akan ada tumbuhan
(tanaman) yang dapat hidup, tumbuh dan berkembang pada media (tanah) yang tidak
mengandung air. Demikian halnya dengan ikan yang berada pada tempat (wadah)
yang kosong tanpa air. Ia akan kekurangan hydrogen dan oksigen, lalu kemudian
secara perlahan tapi pasti akan mati dan membusuk. Maka secara substantif
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa air memiliki sifat dan karakter
fungsional alamiah yaitu menumbuhkan (menghidupkan).
Eksistensi
Oleh karena itu, ibarat air, Ilmu pun memiliki
peran dan fungsi yang kurang lebih sama untuk manusia, yakni menumbuhkan
(menghidupkan). Hal ini berarti bahwa dengan perantaraan Ilmu diharapkan akan
menjadikan kehidupan manusia terasa lebih bermakna dan bernilai guna. Serta
melalui Ilmu, sangat dimungkinkan akan semakin banyak kita menemukan sarana dan
prasarana hidup pilihan yang menawarkan berbagai ragam kemudahan, estetika dan
aneka solusi mendasar dalam memenuhi hajat manusia di kehidupan dunia yang
sangat terbatas ini.
Substansi
Sehingga jika manusia tidak mengenal dan
bersahabat akrab dengan Ilmu, dikhawatirkan, pada akhirnya slow but sure
(lambat-laun) akan mengalami kematian (sebelum kematian yang hakiki).
Setidaknya, tanpa Ilmu manusia akan cepat mengalami mati asa, mati rasa, mati
gaya, mati akal, mati hati serta kebodohan (keterbelakangan) yang
berkepanjangan dan mendalam. Mengapa? karena secara hakikat, pada konten semua
Ilmu, sesungguhnya tersimpan intisari bekalan mendasar (ibarat makanan dan
gizi) bagi potensi dasar yang secara sunnatullah inheren melekat pada diri
pribadi setiap manusia. Potensi sejati yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt
atas semua makhluk bernama manusia, yaitu berupa : jasad, akal dan hati.
Dengan
Ilmu, sesungguhnya manusia sedang menyiapkan cahaya benderang yang akan
senantiasa menyinari jalan kehidupannya selama di dunia fana menuju negeri
akhirat yang pasti dan kekal. Namun sebaliknya, tanpa Ilmu, sama artinya bahwa
jalan kehidupan manusia selamanya akan berada dalam dekapan kabut duniawi yang
gelap pekat menuju keabadian akhirat yang telah menyiapkan berbagai bentuk
pembalasan (ganjaran) atas seluruh amalan umat manusia selama di dunia.
Penutup
Pada akhirnya, kita mesti memahami dengan
segenap kesadaran mendalam, mengapa menuntut Ilmu menjadi suatu kewajiban bagi
setiap pribadi (Muslim) tanpa terkecuali? Karena, jawabannya sebagaimana Sabda
Rasulullah Saw bahwa Ilmu merupakan ”kunci sukses” untuk menggapai kebahagiaan
kehidupan di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.
Belum ada tanggapan untuk "Manusia dan Ilmu"
Posting Komentar