Sebelum terjadinya Fattuh Mekkah pada bulan Ramadhan
tahun delapan Hijriah, di depan Ka’bah ada dua patung berhala yang besar
bernama Isaf dan Nailah. Tahukah kita asal usul kedua nama patung berhala
tersebut?
Isaf dan Nailah adalah seorang laki-laki dan perempuan
yang menjalin kasih dan melakukan perzinahan di depan Ka’bah dan dikutuk
menjadi batu.
Isaf adalah seorang lelaki yang tinggal di Yaman dan
jatuh hati kepada Nailah yang tinggal di Mekkah, ketika hendak melamar Nailah,
orangtua Nailah menolak, karena tidak direstui orangtua Nailah, maka keduanya
melakukan Backstreet. Pada saat itu, moment yang paling memungkinkan untuk
ketemuan adalah musim haji. Keduanya, Isaf dan Nailah berjanji untuk bertemu di
depan Ka’bah, dan masya Allah, pada malam harinya keduanya sepakat berzina di
depan Ka’bah. Allah SWT akhirnya mengutuk mereka menjadi batu (pada saat itu,
kondisi Mekkah pada malam hari sepi dan tidak ada aktifitas thawaf). Kesesokan
harinya warga Mekkah dan masyarakat yang melakukan thowaf, kaget dan akhirnya
meletakkan Patung Isaf di Bukit Safa dan Patung Nailah di Bukit Marwah, ini
dilakukan sebagai bahan pembelajaran untuk generasi berikutnya.
Pada masa Amru bin Luhai berkuasa, keduanya diletakkan
di depan Ka’bah, dan memerintahkan masyarakat sekitar untuk menyembah keduanya.
Siapakah Amru Bin Luhai? Dalam catatan siroh disebutkan
bahwa Amru Bin Luhai disebut sebagai bapak kemusrikan dan Rasulullah pernah
berkata, “Saya diperlihatkan Amru bin Luhai oleh Allah di Neraka dengan isi
perutnya keluar karena panasnya dan siksaan yang berat karena dialah orang
pertama yang mengganti Agama Ibrahim.
“Hai Aksam aku lihat Amr bin Luhai bin Qama’ah bin
Khindzi, menyeret usus-ususnya, dan aku tidak melihat orang amat mirip dengan
orang lain melainkan engkau denganya dan dia denganmu.” Aksam berkata ,
Barangkali kemiripannya denganku membahayakaku, wahai Rasulullah? Rasulullah
bersabda tidak karena engkau orang mukmin dan dia orang kafir. Dialah orang
yang pertama kali mengubah agama Ismail, memasang berhala, mengiris telinga
unta melepas saibah memberikan washilah,dan melindungi ham (HR Bukhari)
Amru Bin Luhai, sebetulnya orangnya sangat baik, ringan
tangan dan selalu membiayai keperluan jamaah haji sendirian, sehingga oleh
masyarakat pada saat itu dianggap sebagai wali atau ulama, namun Amru Bin Luhai
tidak memahami agama Ibrahim (Islam) secara benar.
Suatu hari ia pergi ke Syam untuk perniagaan, di sebuah
tempat yang bernama Balqa, ia bertemu Suku Amalik, yang mendengarkan ajaran
Ibrahim hanya setengah-setengah. suku asli Syam ini menyembah patung-patung
dengan sebutan Allah.
“Apa yang sedang kalian lakukan?” kata Amru Bin Luhai.
“Patung-patung ini lah yang memberikan kami makan,
minum dan kekuatan, sebagai penolong tatkala dimintai pertolongan, serta
pemberi hujan tatkala dimintai hujan dan yang paling penting bisa mendekatkan
diri kami kepada Allah” Jawab masyarakat setempat.
Lalu kata Amru bin Luhai, coba berikan satu patung
untuk saya bawa ke Mekkah, karena di Mekkah kami kesulitan Air. Patung yang dibawa
Amru bin Luhai ke Mekkah bernama Hubal.
Perlu diketahui, penyerbuan suku Khujaah (sukunya Amru
Bin Luhai) yang menghancurkan Suku Zurhum di Mekkah, beberapa orang tersisa
akhirnya menutup sumur Zam Zam, sehingga lebih dari 500 tahun sumur Zam-Zam
tidak digunakan.
Setelah itu Amru Bin Luhai juga memerintahkan
masyarakat untuk membuat patung-patung berhala sebagai; pertama, ciri
masing-masing suku, artinya setiap suku pada saat itu mempunyai patung yang
berbeda-beda, seperti Patung Hubal patung yang paling dihormati oleh semua
suku, Patung Wood untuk Suku Kal (suku besar), Patung Suwa untuk Suku Khujail,
Yaguz untuk Suku Thoy dan Patung Yauq untuk Hamajan dan Yasar (Yaman). Kedua,
Sebagai oleh-oleh dan cendramata untuk jamaah yang menjalankan Haji.
Selain menjadi pelopor kemusyrikan di Mekkah, Amru bin
Luhai juga mengubah kalimat talbiyah (dari yang seperti kita baca sekarang)
dengan tambahan kalimat, Illa syarikan huwa lak (kecuali sekutu ya Allah
milikmu yang yang engkau kuasai), tamlikuhu wama malak (dan apapun yang
engkau miliki)
Amru bin Luhai, juga memberlakukan hukum, bagi orang
yang akan melakukan thawaf di Mekkah tidak boleh menggunakan pakaian selain
dari yang dibuat masyarakat Mekkah, sehingga jamaah haji yang tidak mampu harus
(maaf) telanjang.
Apa yang dilakukan oleh Amru Bin Luhai ini bertahan
hingga Rasulullah membebaskan Mekkah dari pengaruh kemusyrikan pada tahun ke
delapan Hijriah. Proses kejahilan ini berlangsung hingga lima Abad. Bayangkan
berapa manusia yang musyrik akibat ulah Amru Bin Luhai ini, padahal sebelum dia
hadir di Mekkah, Pengaruh Ibrahim dan Ismail di jazirah Arab sangat terjaga.
Islam diagungkan dan dijalankan oleh masyarakat.
Belum ada tanggapan untuk "Awal Mula Kemusyrikan di Jazirah Arab"
Posting Komentar