Sebut saja dia Eble. Dia itu
lulusan kampus ternama. Jurusannya komunikasi. Suatu hari dia didatangi oleh
seorang Caleg. Dia dimintai bantuan untuk mengkampanyekan partainya si Caleg,
karena Eble terkenal dengan kelihaiannya dalam berkomunikaai. Karena dibayar
sepuluh juta, dia mau. Perjanjiannya, semua orang di desa harus memilihnya
semua.
Tibalah saat pemilihan berlangsung.
Ternyata hasilnya berbeda jauh dengan yang diharapkan si Caleg. Si Caleg
memperoleh suara yang sedikit, dengan jumlah lima ratus dari lima ribu suara.
Melihat hasil yang demikian, si Caleg mendatangi Eble. “Mas Eble, kenapa saya
kok tidak bisa menang? Katanya sampeyan orang yang paling top kalau soal
ginian. Bukankah anda sudah saya bayar mahal?” tanya si Caleg. “Oh, itu. Saya
cocokkan bayaran sampeyan pak. ” jawab Eble. “loh, loh, maksudnya gimana? Saya
kan minta sampeyan untuk memenangkan saya.” sahut si Caleg dengan bingung.
“Sampeyan kan memberi saya uang sepuluh juta. Maka saya beri lima ratus suara.
Sebelum bapak, ada yang beri saya tiga puluh juta, lima puluh juta, dan dua
puluh juta. Jadi, saya sesuaikan saja dengan harganya.” terang Eble. Mendengar
penjelasan itu, si Caleg marah. Mukanya merah, dan matanya mendelik. Siap-siap
berubah menjadi Rubah ekor sembilan.
***
Siapa yang tak marah dengan orang
munafik. Semua orang munafik itu menyebalkan. Yang terlihat alim, ternyata
berandal. Yang terlihat patuh, ternyata membunuh. Yang terlihat baik, ternyata
busuk. Seakan-akan mendukung, rupanya menikung. Yang terlihat membangun,
ternyata menghancurkan. Seperti itulah orang munafik.
Tentang orang munafik telah
dijelaskan oleh Alla dalam firmannya “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi
mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada
suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan
adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.”(QS.
An-Nisa': 108-109).
Seorang munafik sering kali membuat
kita darah tinggi. Apalagi teman dekat kita sendiri. Di hadapan kita sangat
baik dan sok-sok memberi nasihat. Tapi ternyata di belakang kita, dia
menjelek-jelekkan. Jadi yang ada di mata orang lain juga jelek. Kita
menceritakan semua rahasia kita kepeda si munafik, dan agar tidak diketahui
orang lain. Ternyata malah bilang ke semua orang. Benar-benar “sakitnya tuh di
sini”. Jadi kita perlu berhati dengan orang-orang seperti ini. Selain menjebak,
juga membocorkan rahasia.
Ciri-cirinya, senang bergumul
dengan semua golongan. Tidak hanya satu golongan saja yang diikuti, tapi juga
bermacam-macam golongan. Jadi tidak menentu akan keberpihakannya. Yang kedua
adalah suka berbicara dusta. Sering berbicara yang kebenarannya diragukan,
bahkan disalahkan. Kemudian berjanji mengingkari. Suka berjanji, tapi enggan untuk
menepati. Seperti para calon pejabat yang tak habis-habisnya memberikan janji
pada rakyatnya. Setelah terpilih, tidak ada bukti sama sekali. Selanjutnya,
diberi amanat, tapi khianat. Disuruh beli bawang, malah beli lengkuas. Diberi
amanat untuk bersekolah, malah bergurau saja.
Dan yang terakhir adalah tidak
Istiqamah. Melakukan sesuatu tanpa istiqamah, menandakan masih ada keraguan
dalam diri tentang sesuatu itu. Sehingga orang munafik melakukan sesuatu hanya
setengah-setengah saja, Tanpa sepenuhnya. Beribadah tidak istiqamah. Padahal
diberi amanat oleh Allah untuk beribadah padanya. Belajar tak konsisten.
Padahal diberi amanat oleh orang tua untuk belajar.
Makanya, jangan sekali menjadi
‘serigala berbulu domba’, yang gemar ‘menggunting dalam lipatan’ atau ‘membunuh
dalam selimut’. Karena itu menyakitkan. Kita juga harus berhati-hati dengan
orang macam mereka. Sebab, mereka menghancurkan. Suka menusuk dari belakang.
Dan sakitnya tuh di sini.
Belum ada tanggapan untuk "Bermuka Ganda"
Posting Komentar