Sadarkah kita, ketika sebuah Negara
yang besar dan kaya seperti Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang
besar. Yakni membuat warga negaranya bahagia. Sadarkah kita, musibah yang silih
berganti terjadi di Negara ini, mulai dari tanah longsor di Banjarnegara,
banjir setiap tahun yang dapat melumpuhkan Ibu Kota dan daerah lainnya,
kebakaran hutan yang menimpa Riau dan Kalimantan, serta cuaca buruk yang dapat
mejatuhkan pesawat terbang dan mengambil nyawa para penumpangnya, bisa jadi musibah
itu semua adalah teguran dari Allah kepada kita dan pemimpin-pemimpin kita.
Korupsi yang menimpa elit Negara, fitnah yang saling ditujukan kepada lawan
politik, perebutan kursi kepemimpinan Negara karena kepentingan golongan adalah
sebuah tanda bahwa Indonesia sedang mengalami krisis kepemimpinan.
Negara yang telah melewati gerbang
besar yakni Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi seperti Indonesia, seharusnya
sudah menjadi Negara yang dewasa dan maju seperti Negara-negara lainnya di
dunia ini. Pertanyaan besarnya adalah, apa yang salah dari para pemimpin bangsa
sekarang sehingga belum mampu wujudkan konsep baldatun toyyibatun warobbun
ghofur (negara yang baik dan selalu dalam ampunan Allah SWT)? Sebenarnya jika
para pemimpin-pemimpin tersebut mau meneladani sikap kepemimpinan Rasullah SAW,
mereka akan tahu bagaimana cara membuat rakyatnya bahagia, mereka akan tahu
bagaimana membuat negaranya berkah, dan mereka akan tahu bagaimana cara
memimpin secakap Rasulullah SAW.
Banyak sekali hal yang perlu kita contoh
dari kepemimpinan Rasulullah SAW. Karena, beliau memang diutus oleh Allah SWT
untuk memperbaiki budi pekerti dan akhlak manusia. Sebagaimana dalam Firman
Allah SWT yang artinya:
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu
teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (ridha) Allah,
(kedatangan) hari akhirat dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya…”(QS.
Al-Ahzab ayat 21).
Rasulullah SAW senantiasa
menunjukkan akhlak yang terpuji, sehingga beliau dapat menjadi contoh pemimpin
yang sangat teladan di dunia. Ia mempunyai kepribadian yang utuh dan terpuji,
yaitu Fathanah, Amanah, Shidiq dan Tabligh. Dalam kepribadiannya yang Fathanah,
menandakan bahwa Rasulullah adalah sosok pemimpin yang cerdas. Cerdas dalam
memimpin adalah kunci untuk menyejahterakan sebuah bangsa. Jangan sampai
pemimpin yang duduk di pemerintahan adalah pemimpin yang tidak memiliki
kapabilitas yang mumpuni. Sehingga mereka bukan memajukan sebuah Negara,
melainkan memundurkan sebuah Negara. Selanjutnya adalah Amanah. Rasulullah adalah
pemimpin yang sangat dipercaya oleh rakyatnya. Ia sangat dicintai oleh
rakyatnya karena kapabilitasnya yang baik dalam memimpin. Sehingga tidak ada
peristiwa dimana para rakyatnya mencaci pemimpinannya, memalukan pemimpinnya,
dan tidak tunduk atas perintah pemimpin. Setelah Fathanah dan amanah adalah
Shidiq. Ini yang sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin, yakni kejujuran.
Ketika Rasulullah memimpin, semua rakyatnya merasakan kesejahteraan yang sangat
melimpah, karena Rasulullah memimpin secara jujur. Tidak ada praktik-praktik
korupsi seperti sekarang ini yang membuat rakyat semakin menjerit atas
penderitaan yang didapat secara tidak langsung dari para pemimpin negaranya.
Dan yang terakhir adalah Tabligh yang artinya menyampaikan. Seorang pemimpin
harus menyampaikan kebaikan kepada para rakyatnya. Karena Rasulullah bersabda,
sampaikanlah dariku walau satu ayat.
Fenomena sekarang, banyak pemimpin
yang seakan tidak meneladani sikap kepemimpinan Rasulullah SAW. Doktrin yang
menyatakan, Nabi Muhammad bukan pemimpin Negara, ia tidak pantas diikuti, tidak
pantas diteladani, karena Muhammad hanya seoarang pemimpin agama.
Doktrin-doktirn inilah yang merubah pardigma masyarakat, bahwa Islam seakan
tidak boleh masuk ke ranah Negara. Mencoba memisahkan antara agama dan Negara
adalah bentuk sekulerisasi. Dan ini adalah kesalahan besar dalam berbangsa dan
bernegara. Padahal Rasulullah adalah sosok negarawan yang disegani oleh dunia
dari dahulu sampai sekarang.
Michael H. Hart seorang yang
beragama nasrani namun sangat kagum dengan pengaruh Nabi Muhammad SAW. The
100: A Ranking of the Most Influential Persons in History merupakan buku
karya Michael H. Hart yang diterbitkan pada tahun 1978. Buku ini memuat 100
tokoh yang ia rasa memiliki pengaruh terkuat dalam sejarah manusia. Bukunya
secara hangat diperdebatkan, konsep bukunya secara luas ditiru. Penting untuk
dicatat bahwa Dr. Hart tidak memasukkan orang terbesar. Kriterianya ialah yang
berpengaruh. Dalam bukunya tersebut ia mencumtamkan Nabi Muhammad SAW di nomor
urut satu orang yang paling berpengaruh di dunia. Ketika Rasulullah memimpin
Madinah, pengaruh Islam sangat luar bisa bagi peradaban dunia. Madinah kala itu
menjadi pusat imperium Islam yang terus meluas wilayahnya di penjuru dunia.
Rasulullah pun membuat piagam bertulis pertama di dunia yang bernama piagam
Madinah.
Rasulullah pun sangat disegani oleh
kerajaaan dan kabilah di luar Madinah pada kala itu. Nabi Muhammad tegas dalam
memelihara perhubungan politik menerusi dasar luar dan hubungan antara bangsa
yang dipegangnya. Contohnya memberi penghormatan tertinggi kepada perwakilan
dan utusan kabilah serta kerajaan luar yang datang ke Madinah. Antaranya dari
Abyssinia, Byzantium dan Mesir. Rasulullah sendiri yang menjaga dan melayani
mereka ketika kunjungan mereka hingga sahabat mendesak untuk turut membantu
menjaga temu negara itu. Rasulullah menegaskan bahawa utusan itu adalah temunya
dan dengan itu, Baginda yang memikul tanggung jawab untuk memastikan segala
keperluan mereka dipenuhi.
Peristiwa-peristiwa di atas
menunjukkan bahwa Rasulullah bukan hanya seorang pemimpin agama, melainkan juga
pemimpin negara. Ia adalah negarawan yang paling sukses dalam sejarah dunia. Ia
adalah pemimpin politik dan diplomat terbaik yang patut dicontoh oleh para
pemimpin-pemimpin di Negara ini. Indonesia membutuhkan sosok pemimpin seperti
Rasulullah yang dapat menjadikan Indonesia menajdi model Negara-negara Timur
dan Barat kelak. Dengan meneladani sikap kepemimpinan Rasulullah, insya Allah
para pemimpin bangsa ini tahu bagaimana cara menjadikan Indonesia menjadi
sebuah entitas Negara yang maju dan berkeadilan.
Belum ada tanggapan untuk "Belajarlah Memimpin Negara Seperti Nabi Muhammad SAW"
Posting Komentar